Sahabatbahari,- Berbicara mengenai Indonesia, rasanya tidak akan pernah ada habisnya. Membahas Indonesia selalu ada hal unik yang seru untuk dikulik. Mulai dari kuliner, wisata, sejarah, pakaian, logat, rumah adat, kerajinan hingga kebiasaan-kebiasaan unik yang selalu menarik untuk dicari tahu. 

Tak heran, jika banyak pelancong mancanegara yang ingin menghabiskan waktunya ke Indonesia, bukan hanya sekedar menikmati keindahan alam belaka, melainkan juga mencari tahu bahkan belajar mengenai sejarah Indonesia itu sendiri. 

Identitas Indonesia sebagai negara  dengan keberagaman yang tinggi, diketahui oleh masyarakat dunia. Bahkan tak sedikit hal unik di Indonesia yang dijadikan sebuah warisan Budaya yang perlu dijaga dan di akui dunia. 

Salah satunya adalah Kapal Pinisi. Sejak 7 Desember 2017, Kapal Pinisi yang berasal dari Sulawesi Selatan resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. Penetapan ini tercatat sebagai PINISI : Art of Boat Building in South Sulawesi atau seni dalam pembuatan Kapal Pinisi di Sulawesi Selatan. 

Disamping itu, belum lama ini Presiden Jokowi berusaha memperkenalkan kembali Kapal Pinisi dalam acara KTT ASEAN ke 42 di Labuan Bajo, dimana Bapak Presiden mengajak para tamu undangan untuk menikmati pemandangan alam sambil berdiskusi di atas megahnya Kapal Pinisi. 

Sayangnya, meski sudah diakui UNESCO sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia. Masih sedikit masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang asal muasal sejarah, cara pembuatan, hingga fakta unik seputar kapal Pinisi. 

Untuk itu, Sahabatbahari ingin mengajak sobat semuanya untuk mengenal lebih dekat dengan Kapal Pinisi: 

(Dok. Istimewa)
(Dok. Istimewa)

Sejarah Kapal Pinisi

Berdasarkan laman resmi Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), kapal pinisi pertama kali dibuat oleh putra mahkota Kerajaan Luwu yang bernama Sawerigading pada abad ke-14. Hal ini sebagaimana tertuang dalam sebuah naskah La Galigo.

Kala itu Sawerigading membuat kapal pinisi dari pohon Welengreng (pohon dewata) yang dikenal memiliki karakteristik cukup kuat dan juga kokoh. Sawerigading membuat kapal pinisi untuk digunakan dalam perjalanan menuju Tiongkok.

Diceritakan bahwa tujuan dari perantauannya ke negeri Tiongkok adalah untuk mempersunting seorang gadis yang bernama We Cudai. Setelah berhasil mempersunting gadis pujaan hatinya, ia memutuskan untuk menetap di sana untuk beberapa waktu.

Saat ingin berlayar kembali ke kampung halamannya, perahu yang ditumpangi oleh Sawerigading diterjang oleh badai besar. Peristiwa itu mengakibatkan kapalnya pecah menjadi tiga bagian dan terdampar di wilayah Ara, Tanah Beru, dan Lemo-lemo di Kabupaten Bulukumba.

Pecahan-pecahan kapal tersebut kemudian dirakit kembali oleh masyarakat setempat menjadi sebuah kapal yang megah. Kapal itulah yang sampai saat ini dikenal dengan sebutan kapal pinisi.

Proses Pembuatan Kapal Pinisi

(Dok. Istimewa)

Proses pembuatan kapal pinisi hingga saat ini masih dilakukan secara tradisional. Proses pembuatannya terbagi menjadi 3 tahap utama dan dilakukan berdasarkan perhitungan-perhitungan tersendiri yang dimiliki oleh suku bugis.

Adapun tahap pembuatan kapal pinisi, yaitu:

1. Penentuan Hari Baik

Tahap pertama adalah penentuan hari baik untuk mencari kayu (bahan baku) pembuatan kapal. Hari baik untuk mencari kayu biasanya jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan.

Angka 5 menyimbolkan ‘naparilimai dalle’na’ yang berarti rezeki sudah di tangan, sedangkan angka 7 menyimbolkan ‘natujuangngi dalle’na’ yang berarti selalu mendapat rezeki. Ada empat jenis kayu yang biasanya digunakan, yaitu kayu besi, kayu bitti, kayu kandole/punaga, dan kayu jati.

2. Menebang, Mengeringkan, dan Memotong Kayu

Setelah melalui tahap pertama, tahap selanjutnya adalah menebang, mengeringkan dan memotong kayu. Kayu-kayu tersebut kemudian dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasangkan lunas, papan, mendempul, dan memasang tiang layar.

Pada tahap peletakan lunas harus menggunakan proses khusus. Saat dilakukan pemotongan, lunas diletakkan menghadap Timur Laut, balok lunas bagian depan merupakan simbol lelaki, sedangkan balok lunas bagian belakang diartikan sebagai simbol wanita.

Selanjutnya, bagian yang akan dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan harus dilakukan sekaligus tanpa boleh berhenti, itu sebabnya pemotongan harus dikerjakan oleh orang yang bertenaga kuat.

Tahap ini biasanya berlangsung cukup lama, bahkan bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan.

3. Peluncuran Kapal ke Laut

Tahap terakhir dari proses pembuatan kapal pinisi adalah peluncuran kapal ke laut. Setiap tahap selalu diadakan upacara-upacara adat tertentu.

Di tahap terakhir ini, sebelum kapal pinisi diluncurkan ke laut, terlebih dahulu dilaksanakan upacara maccera lopi (mensucikan kapal). Upacara ini ditandai dengan penyembelihan binatang.

Jika kapal pinisi itu berbobot kurang dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor kambing, dan jika bobotnya lebih dari 100 ton, maka binatang yang disembelih adalah seekor sapi.

Karakteristik Kapal Pinisi

(Dok. Istimewa)

Dalam Jurnal Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada yang berjudul ‘Desain Kapal Wisata Jenis Pinisi Di Perairan Indonesia Timur’, terdapat 2 jenis kapal pinisi yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kedua jenis kapal ini dibedakan berdasarkan bentuk lambungnya.

Adapun karakteristik dari masing-masing jenis kapal pinisi, sebagai berikut:

1. Palari

Palari adalah bentuk awal dari kapal pinisi dengan lunas (bagian terbawah kapal) yang ukurannya lebih lebar, serta kemudi di samping dari jenis Lamba.

Palari berasal dari kata ‘Untuk Berlari’. Bentuk lambung ini mirip dengan lambung kapal Padewakang yang digunakan orang Sulawesi untuk mencari ikan.

2. Lamba atau Lambo

Lamba atau Lambo adalah pinisi modern yang masih bertahan sampai saat ini. Lambung kapal jenis ini sekarang sudah dilengkapi dengan motor diesel (KLM).

Bentuk lambung ini dipakai sejak tahun 1990-an yang mengambil bentukan dari kapal-kapal Eropa. Lamba atau Lambo lebih cocok digunakan menggunakan mesin karena bentukan ini menggunakan kemudi di tengah yang membuatnya lebih gampang bermanuver.

Bagian-bagian Kapal Pinisi

Dilansir dari laman resmi Peta Budaya Kemendikbud, kapal pinisi memiliki 6 bagian utama yang menjadi ciri khas dari kapal khas Sulawesi ini, yaitu:

  1. Anjong (segitiga penyeimbang) yang berada pada bagian depan kapal
  2. Sombala (layar utama) yang berukuran besar mencapai 200 m
  3. Tanpasere (layar kecil) berbentuk segitiga ada di setiap tiang utama
  4. Cocoro Pantara (layar bantu depan)
  5. Cocoro Tangnga (layar bantu tengah)
  6. Tarengke (layar bantu di belakang)

Fungsi Kapal Pinisi

Dilansir dari website detik.com, pada masa lalu, kapal pinisi banyak digunakan oleh para pedagang untuk mengangkut barang. Sedangkan di masa sekarang, kapal pinisi kini beralih fungsi menjadi kapal pesiar mewah komersial maupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal maupun asing.

Interior dari kapal pinisi juga sudah didesain lebih mewah serta dilengkapi dengan peralatan menyelam, permainan air untuk wisata bahari dan awak yang terlatih, serta diperkuat dengan teknik modern.

Itulah dia sobat mengenai keunikan Kapal Pinisi yang wajib Sobat tahu, yuk beritahu keluargamu mengenai Kapal Pinisi! Bagi sobat yang ingin menikmati kemewahan Kapal Pinisi kalian dapat mengunjungi aplikasi Boatria atau melalui websites www.boatria.com. Sobat kini tak perlu repot jika ingin menikmati Kapal Pinisi ya! (*)